Pengrajin batik
di Kota Mojokerto bisa dibilang bagaikan jamur yang tumbuh di musim hujan.
Perkembangannya sangat cepat. Bermula dari
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdaganan
melalui beberapa perwakilan Kelurahan.
Setelah itu hasil pelatihan ditularkan kepada kelompok lainnya. Dari sejumlah peserta yang mengikuti belum
semua berhasil bisa mempratekan dirumahnya. Namun tidak sedikit yang berhasil memproduksi
bahkan membuka usaha hingga tercipta lapangan usah. Selain itu juga ada yang sudah menjadi
pelatih/instruktur untuk memberikan pelatihan kepada kelompok-kelompok yang ada
di masyarakat.
Seperti yang
dilakukan oleh kelompok /LSM Balongcok Asri, telah mengadakan pelatihan
membatik untuk kalangan warga sekitar.
Minggu 1/11/2015 pelatihan membatik tulis diikuti sebanyak 40 peserta
bagi warga di Keluahan Balongsari. Yuli
Susiana ketua panitia penyelenggara mengatakan, pelatihan ini masih bersifat dasar,
selanjutnya ibu-ibu bisa memperdalam
pelatihan ini kepada instruktur langsung.
Dipilihnya kerajinan batik ini karena banyak warga yang memiliki bakat
membatik. Disamping itu dengan batik
prospeknya lebih bagus.
Sispriatin dan
Emilia dari KIM “Caraka” Kelurahan Balongsari bertindak Instruktur mengatakan,
setiap ilmu pengetahuan atau ketrampilan bisa dipelajari oleh setiap orang,
tergantung bagaimana kita serius atau tidak dalam mempelajarinya. Bekal yang ada dapat dikembangkan sendiri
dengan kreatifitas dan inovasi. Sehingga
hasilnya bisa lebih baik dan memiliki prospek yang menjanjikan.
Bahan- bahan dan
peralatan yang perlu disiapkan dalam membatik diantaranya kain warna putih,
pewarna, malam, dan kompor, loyang serta canting. Pertama-tama yang disiapkan adalah memanaskan
malam kedalam loyang kecil sampai dengan mencair. Kemudian kain dasar yang berwarna putih yang sudah gambar dengan
model sesuai selera. Malam yang sudah
cair tadi dimasukkan canting sedikit demi sedikit dioleskan pada pola gambar
yang sudah disiapkan dengan posisi kain berdiri. Posisi kain berdiri ini dengan maksud agar
tidak melebihi garis/gambar yang sudah
dipola. Setelah itu masukkan kedalam air
panas, dikeringkan dan diberi pewarna sesuai dengan model gambar yang ada.
Hadir pada
kesempatan tersebut Lurah Balongsari Kusuma Widada, SH. Menurut Lurah , pelatihan ini tidak berhenti
sampai disini perlu dilanjutkan untuk tahap berikutnya. Sehingga hasil pelatihan ini tidak muspro
alias malang tanggung. “diusahakan
pelatihan sampai tuntas, agar bisa menghasilkan produk batik yang layak jual”
katanya. Sebagai lurah Balongsari
pihaknya merasa bangga karena partisipasi masyarakat sangat tinggi. Sebelumnya ada di lingkungan lain pelatihan
kerajinan daur ulang dan juga penghijauan dan saat ini pelatihan batik. Semoga semua bisa memberikan manfaat yang
besar bagi masyarakat. (ri)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar